Legenda P ada peta, legenda adalah keterangan dari lambang - lambang yang berguna untuk memudahkan peta untuk dibaca. Misalnya, legenda berisi lambang - lambang, dengan lambang kota yang menggunakan titik atau bulatan, jalan kereta api yang dilambangkan dengan garis hitam putih serta jalan raya dilambangkan dengan garis merah. Berikutadalah sinopsis Film Dua Garis Biru, sudah tayang mulai 11 Juli 2019! Takhanya itu, Dua Garis Biru pernah tayang di London Mini Indonesia Film Festival yang digelar oleh Curzon Sinema London Inggris pada akhir tahun Senin, 16 Mei 2022 Cari ResensiNovel Komet karya Tere Liye - Komet merupakan novel ke-5 dari serial Bumi karya Tere Liye yang berhasil diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2018 lalu. Sebelum novel ini, ada novel Ceros dan Batozar yang merupakan novel ke-4 ½ dari serial Bumi, bisa dikatakan spin-off petualangan ketiga sekawan, yakni Raib, Ali, dan Seli sebelum masuk ke dalam konflik utama di Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Data dari UNICEF per Juli 2018 menyebutkan bahwa 650 juta perempuan di seluruh dunia yang hidup saat ini menikah sebelum usia 18 tahun. Jumlah pernikahan dini tertinggi ada di Asia Selatan. Satu dari lima perempuan menikah sebelum usia 15 tahun dan 45% dari perempuan berusia 20-24 tahun menikah sebelum usia 18 tahun. Angka ini sebenarnya menyedihkan. Tapi, pernahkah kita memberikannya perhatian? Pernahkah kita berpikir bagaimana cara menurunkan atau bahkan menghapuskan angka nikah dini? Isu inilah yang coba diangkat oleh Dua Garis Biru. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Ginatri S. Noer yang telah melahirkan beberapa karya seperti Habibie dan Ainun, Ayat-ayat Cinta, dan Posesif. Ada beberapa bintang muda maupun kawakan yang membintangi Dua Garis Biru seperti Zara JKT 48, Angga Aldi Yunanda, Cut Mini, Lulu Tobing, Dwi Sasono, Ligwina Hananto, hingga Asri Welas sebagai cameo. Soundtrack-nya pun sangat indah mulai dari Biru oleh Banda Neira, Growing Up oleh Rara Sekar, dan Jikalau oleh Naif. Sebuah paduan yang sempurna. Dara dan Bima adalah pelajar kelas 3 SMA yang sebentar lagi akan melaksanakan Ujian Nasional. Sepasang kekasih ini berada di kelas yang sama bahkan duduk sebangku. Dara yang pintar berasal dari keluarga berkecukupan. Bima yang nilainya selalu jelek berasal dari keluarga tidak mampu. Perbedaan latar belakang tidak menjadikan hubungan mereka canggung. Seperti layaknya dua remaja yang dimabuk cinta monyet, Dara dan Bima selalu menghabiskan waktu bersama hingga akhirnya hubungan sex di luar nikah itu terjadi. Mereka sempat berada di fase denial dan saling mendiamkan. Baik Dara maupun Bima sama-sama takut dengan kondisi yang tidak mereka harapkan. Apalagi Dara adalah anak berprestasi yang dipercaya dengan baik oleh kedua orangtuanya. Namun Bima menenangkan dengan mengatakan orangtua pun memiliki batasan dalam merasakan malu maupun marah. Orangtua mereka pasti memihak mereka. Dara dan Bima berpikir terlalu positif karena menganggap orangtua mereka akan maklum. Namun kondisi selanjutnya tidak mereka duga. Inilah titik balik dari hubungan maupun masa depan mereka. Dara dikeluarkan dari sekolah karena dianggap membuat malu. Orangtua Dara merasa sekolah tidak adil karena Bima tetap dibiarkan menuntut ilmu. Orangtua Bima membela anaknya dengan mengatakan bila Bima tidak berpendidikan, bagaimana ia akan jadi ayah di masa depan? Ini adalah sesuatu yang jamak kita temukan pada kasus hamil di usia dini maupun pernikahan dini. Perempuan seperti disuruh menanggung bebannya sendiri. Padahal perempuan juga sama berhaknya untuk tetap berpendidikan meski dalam kondisi hamil. Dua Garis Biru tak hanya berhasil menyajikan kenyataan pahit mengenai isu hamil di luar nikah dan pernikahan usia dini. Film ini juga mengangkat isu soal kesetaraan gender, hubungan antara orangtua dan anak, serta betapa tak sederhananya cinta itu dijalani. Bima mungkin berjanji untuk tidak meninggalkan Dara. Tapi dengan mudahnya janji itu ia ingkari. Ia justru menunjukkan bahwa ia bukan orang yang tepat untuk menjadi suami apalagi seorang ayah di usia begitu muda. Ia menguatkan fakta bahwa pernikahan dan kehamilan memang bukan untuk anak seusianya. Sebaliknya Dara adalah gambaran kebanyakan perempuan dalam kasus hamil di luar nikah maupun pernikahan usia dini. Jangan bicara jauh-jauh soal stigma sosial. Tapi mari kita bahas kondisi Dara secara personal. Kehamilan di usia Dara berisiko tinggi dan rentan keguguran. Ia terus ketakutan apakah impiannya untuk kuliah di Korea akan tercapai. Ingin sekolah, tapi hanya bisa di rumah. Perubahan tubuhnya yang drastis membuatnya syok. ASI yang merembes tiba-tiba padahal waktu melahirkan masih lama hingga perut yang sering kram tentu menganggunya. Walau Dara kuat dan bertekad memertahankan kehamilan, ada masa ia merasa sangat down. Apalagi kata-kata Bima yang menusuk Dara bahwa ia menggunakan air mata sebagai senjata. Angga Yunanda & Zara JKT48 Starvision Harus diakui, yang menjadikan naskah dari film ini brilian tak hanya konflik soal Dara dan Bima semata. Bagaimana orangtua Dara dan Bima belajar untuk menerima kenyataan perlahan-lahan pun sangat menarik dinikmati. Ibunya Dara mengalami fase denial yang jauh lebih lama. Hubungannya dengan Dara hancur berkali-kali meski berhasil diperbaiki. Sebagai seorang ibu, ia merasa terpojok. Di satu sisi ingin menyelamatkan Dara agar tidak merasakan kesulitan tetapi di sisi lain ia justru tidak menghargai keputusan Dara dan Bima. Begitu pula ibunya Bima yang syok. Meski ia tak berharap mendapatkan cucu di usia putranya yang begitu muda, ia bersikeras memertahankan anak itu. Ligwina Hananto yang sebenarnya adalah seorang perencana keuangan ternyata juga mampu berakting dengan sangat baik sebagai seorang dokter kandungan. Caranya menjelaskan kondisi kehamilan Dara adalah salah satu konten edukasi sex yang sangat penting disimak. Tutur katanya tak menggurui dan justru sedikit menggelitik. Ini karena akhir-akhir ini Ligwina menjajal profesi stand up comedy. Ia berhasil menjelaskan konten edukasi sex dalam Dua Garis Biru tanpa membuat penonton merasa jenuh ataupun bingung. Dua Garis Biru tak hanya berhasil mengangkat topik yang dianggap tabu oleh banyak orang tetapi juga membuka mata kita betapa pentingnya isu ini dibicarakan. Ketika orangtua membesarkan anaknya, bukan hanya soal apakah ia sehat atau rajin belajar saja yang penting. Menanyakan apakah ia sudah beribadah atau belum juga tidak cukup. Selain pendidikan di sekolah maupun pendidikan agama di rumah, sudah sepatutnya orangtua juga membicarakan edukasi sex. Anak-anak tak hanya perlu tahu apa bedanya lelaki dan perempuan dari organ reproduksinya saja. Mereka juga harus tahu bahwa tubuh mereka belum siap memiliki bayi dan ancamannya adalah nyawa. Tetapi ini bukan cuma urusan orangtua yang memiliki anak-anak saja. Kita semua bertanggung jawab terhadap generasi muda kita. Kita harus mendorong edukasi sex di ruang publik dan membicarakan hal-hal yang tabu agar isu ini tak tenggelam tanpa jalan keluar. Walaupun ending film ini bukanlah jenis happily ever after yang disukai oleh publik, sebenarnya ini ending terbaik yang bisa diambil. Ending dari Dua Garis Biru akan mengajarkan pada kita semua bahwa masa depan seorang perempuan tak harus berhenti atau hancur hanya karena ia memiliki bayi. Dua Garis Biru memberikan harapan kepada perempuan-perempuan di luar sana yang ada di posisi Dara untuk melanjutkan hidupnya dan menjadi versi terbaik dirinya. Masih ada kesempatan kedua dari kehancuran yang sempat ia jalani. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Film Dua Garis Biru merupakan film yang disutradarai oleh Gina S Noer, film ini menceritakan tentang kisah sepasang anak SMA yang terlibat pergaulan bebas di luar pernikahan. Film ini dibintangi oleh Zara Adhisthy sebagai Dara dan Angga Yunanda sebagai Bima, keduanya merupakan tokoh utama dalam film ini, selain mereka ada beberapa tokoh lain yaitu Lulu Tobing, Cut Mimi, Arswendy Bening, Dwi Sasono, Rachel Amanda, serta beberapa pemeran lainnya. Kisah ini dimulai ketika Bima dan Zara merupakan sepasang kekasih saat masih 1 bersekolah dijenjang SMA, mereka merupakan sepasang kekasih yang terlihat sangat dekat, mereka selalu menghabiskan waktu bersama di sekolah maupun diluar sekolah. Hingga pada suatu ketika mereka melakukan hubungan yang tidak seharusnya di luar pernikahan yang menyebabkan Dara hamil saat masih duduk di bangku SMA. Sejak saat itu hidup Dara dan Bima berubah menjadi kelam, dipenuhi pertengkaran dan pergolakan batin antar tokoh. Dengan berat hati, kedua orang tua mereka menikahkan mereka saat itu,dan Dara pun terpaksa untuk meninggalkan sekolah serta mimpi-mimpinya. Kehidupan mereka setelah menikah tidak berjalan mulus begitu saja, kehidupan mereka masih saja diwarnai konflik, terlebih kebimbangan Dara untuk memberikan hak adopsi buah hatinya atau tidak, ketika keluarga Bima bersikeras untuk merawat anak yang dikandung oleh Dara saat ia lahir, namun keluarga Dara malah menginginkan agar anak itu diberikan hak asuk nya kepada kerabat mereka, dengan alasan jika Dara dan Bima belum cukup mental maupun materi untuk mengurus anak tersebut. Akhirnya ketika anak Dara dan Bima lahir, anak itu pun diasuh oleh Bima dan keluarga, sedangkan Dara dengan berat hati memutuskan untuk meninggalkan Bima dan anaknya dan pergi ke Korea untuk melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda. Film ini sangat menginspirasi banyak orang terutama dapat menjadi pelajaran untuk para remaja, bahwa pergaulan bebas dapat sangat berdampak bagi masa depan. Dalam film ini juga kita dapat mengerti pentingnya peran keluarga terutama orangtua bagi anak-anaknya. Namun, film ini pun banyak menuai kritik di masyarakat karena dianggap terlalu berlebihan dalam menampilkan adegan-adegannya, seperti adegan Dara dan Bima saat sedang melakukan yang tidak seharusnya di tempat tidur, dan ketika melihat adegan kemesraan Dara dan Bima saat sedang di sekolah dianggap terlalu berlebihan. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Dua Garis BiruPERHATIAN!Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini. Nah, hal itu pun kemudian dibuktikan dengan keberhasilan Dua Garis Biru masuk ke dalam 5 nominasi dalam ajang penghargaan bergengsi Festival Film Bandung pada tahun 2019 dan berhasil dinobatkan dalam sejumlah kategori sebagai "Film Terpuji", "Skenario Terpuji" dan "Penata Artistik Terpuji". Predikat sutradara jempolan tanah air pun memang pantas di sandang oleh wanita yang diketahui menjabat sebagai co-founder dan editor in chief di PlotPoint Publishing & Workshop. Baca juga Film Indonesia Terbaru yang Wajib Ditonton di Tahun Ini Film dengan Sinematografi yang Ciamik Kepiawaian sang sutradara dalam membangun konflik memang tak perlu diragukan lagi. Tidak hanya menawarkan kisah menyentuh dengan ending yang cukup realistis. Film yang telah ditonton lebih dari 2 juta penonton setelah 15 hari penayangannya ini pun menyajikan visual yang cukup mengagumkan pada beberapa adegan. Teknik "one take shot", yang diambil dalam salah satu adegan pun sukses membangkitkan emosi para penonton. Gina tidak hanya berhasil bermain dengan emosi, namun juga melahirkan sinematografi yang ciamik. Secara keseluruhan film yang berhasil menjadi box office pada tahun 2019 ini memang mampu memberi kesan yang dalam bagi penonton baik dari sisi naskah cerita, scoring musik, dan aspek lainnya. Penampilan Terbaik Dua Generasi Keberhasilan Dua Garis Biru memang tak lepas dari penampilan para cast yang terlibat di dalamnya. Menggandeng aktor dan aktris berbakat tanah air. Film ini pun berhasil menciptakan Atmosphere hangat sekaligus dingin dalam satu waktu. Kemampuan para pemain membangun chemistry membuat film ini memang semakin hidup. Meski demikian dari sekian banyak karakter yang ada. Penampilan Zara dan Cut Mini Theo menjadi salah satu yang cukup mengesankan dan menarik perhatian. Kedua aktris beda generasi ini memang berhasil menampilkan performa yang cukup prima. Kemampuan Zara yang semakin matang dalam memerankan karakter memang patut mendapat apresiasi. Dua Garis Biru merupakan proyek ketiganya setelah berperan dalam sejumlah film sukses seperti Dilan 1990 dan Keluarga Cemara. Kemampuannya dalam merepresentasikan sosok gadis muda polos dengan impian besar yang tertekan karena kehamilan memang berhasil membuat para penonton ikut hanyut dalam karakter Dara. Sementara penampilan seniornya, Cut Mini Theo tak kalah memukau. Setelah debut pertamanya dalam film Arisan pada tahun 2003 silam. Karier aktris watak yang satu ini memang semakin diperhitungkan di jagad perfilman tanah air. Kita tentu masih mengingat kualitas aktingnya dalam sejumlah judul film besar seperti Laskar Pelangi dan Athirah. Berkat kemampuan aktingnya yang brilian dalam kedua film tersebut. Ia telah berhasil meraih banyak penghargaan dalam berbagai kategori. Nah, perannya sebagai ibunda Bima yang sederhana dalam film Dua Garis Biru pun dianggap cukup berhasil mewakili perasaan seorang ibu yang gundah terhadap perilaku anak voucher streaming Netflix, Disney+, Prime Video, Viu, dll murah di Lazada Nah, berkat perannya tersebut ia kembali meraih penghargaan sebagai "Pemeran Wanita Pendukung Terbaik", di Festival Film Indonesia tahun 2019. Nah, film karya Gina S. Noer ini memang cukup menarik. Baik dari segi plot cerita, karakter dan juga sinematografi. Meskipun sempat menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, namun film Dua Garis Biru mampu memberi gambaran pada penonton betapa pentingnya edukasi seks untuk mencegah semakin banyaknya Bima dan Dara di luar sana. So, film bertema keluarga ini pun bisa menjadi referensi yang cukup baik untuk menemani waktu akhir pekan kamu bersama keluarga serta mengobati kerinduan terhadap film berkualitas. Film merupakan media massa yang menghubungan komunikator kapada komunikan. Selain itu, film pun memliki pengaruh yang posistif maupun pengaruh negatif bagi penontonnya baik dalam jangka waktu singkat ataupun dalam jangka waktu Panjang. Film dua garis biru yang diperankan oleh para artis yang profesional sehingga dikemas dengan begitu indah. Film ini di rilis pada tanggal 27 Juni 2019 di seluruh bioskop Indonesia. Pada bulan April 2019 petisi film ini menimbulkan kontroversi di masyarakat. Namun, disanggah oleh produsennya bahwa film ini mengandung sisi positif. Berdasaran analisis penulis selain film ini mengandung konten dewasa yang perlu pengawasan orang tua dalam menontonnya. Film ini telah menyampaikan kepada orang tua bahwa pentingnya pendidikan seks sejak dini, peran orang tua dalam pengawasan anaknya, dan perlunya sikap tanggung jawab yang harus di tanamkan dalam diri sesorang atas masalah yang dihadapinya.

kelebihan dan kekurangan film dua garis biru